Nostalgia Hati "Cinta Ketulusan Dan Kemunafikan"

Assalamualaikum. Jumpa lagi dengan kami di Eksakta.com. kawan-kawan bicara mengenai hati dan perasaan memang tiada habisnya sebab begitu banyak realita yang terjadi dan beragam kreasi yang bisa menjadikan diri kita lebih baik atau bahkan sebaliknya. Bukan sedikit dari orang-orang disekitar kita dari keluarga, saudara, sahabat, atau bahkan teman satu universitas atau teman di tempat kerja yang berduka atau bahkan DEPRESI karena hati.
Banyak juga yang berbahagia, sukses dan menjadi keluarga SaMaWa juga karena hati. "CINTA" tak asing di telinga kita bahkan sejak kita terlahir ke dunia kita sudah diajar untuk mencintai dan menyayangi meski sekedar lingkup keluarga sendiri terhadap ayah dan ibu, dan karena cintalah kita ada di dunia ini, seiring berlalunya waktu berkembanglah ke lingkup yang lebih luas, dari teman sepermainan, saudara, kerabat dlsb.



Tapi bukan sampai di situ saja bahkan kita dituntut membawa cinta itu sampai akhir usia. Cinta tidak melihat dan cinta tidak memilih karena cinta itu bahasa dan isyarat hati dan perasaan. Banyak dari kita yang terbeban akan rasa cinta, adakalanya terpendam tanpa bisa diungkap, ada kala tak terbalas, bertepuk sebelah tangan, dan bahkan ada yang kita perjuangkan mati-matian eh malah kesakitan. Dan banyak cerita disebaliknya.
Sahabat Eksakta.com CINTA itu sendiri merupakan khodrat bagi kita sesama insan di dunia ini. Dan sudah tertanam sejak kita menjejakkan diri di dunia ini, tergantung dan kembali kepada kita sendiri bagaimana menyikapi perasaan itu, jika kita berfikir positif dari cinta itu kita menjadi seseorang yang kuat, dan penuh keyakinan dsb bila kita menyikapi dengan hati yang sempit dan berfikir negatif bukan sedikit yang mengakhiri hidup dengan tragis disebabkan cinta.
Sahabat, sebenarnya cinta itu bisa menjadi motivasi yang luarbiasa hebat bagi kita, dan bisa menjadi penghancur yang hebat juga. Ada suatu peribahasa "disebalik suksesnya seorang lelaki pasti ada seorang wanita dibelakangnya"
Sebagai pengetahuan untuk kita semua, Kita memang di tuntut untuk saling menyayangi sesama umat dalam hadits disebutkan:
Shahih Bukhari hadits ke-13. Hadits ini masih termasuk dalam Kitab Iman
(ﻛﺘﺎﺏ ﺍﻻﻳﻤﺎﻥ).
Berikut ini matan haditsnya:
ﻋَﻦْ ﺃَﻧَﺲٍ ﻋَﻦِ ﺍﻟﻨَّﺒِﻰِّ - ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ - ﻗَﺎﻝَ ﻻ ﻳُﺆْﻣِﻦُ ﺃَﺣَﺪُﻛُﻢْ ﺣَﺘَّﻰ ﻳُﺤِﺐَّ ﻷَﺧِﻴﻪِ ﻣَﺎ ﻳُﺤِﺐُّ ﻟِﻨَﻔْﺴِﻪِ
Dari Anas r.a. bahwa Nabi SAW bersabda, "Tidak sempurna keimanan seseorang dari kalian, sebelum ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri"
Imam Bukhari memberikan judul bab untuk hadits ini
ﻣِﻦَ ﺍﻹِﻳﻤَﺎﻥِ ﺃَﻥْ ﻳُﺤِﺐَّ ﻷَﺧِﻴﻪِ ﻣَﺎ ﻳُﺤِﺐُّ ﻟِﻨَﻔْﺴِﻪِ
(Termasuk kesempurnaan iman adalah mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri).
Penjelasan Hadits
ﻻ ﻳُﺆْﻣِﻦُ ﺃَﺣَﺪُﻛُﻢْ
"Tidak sempurna keimanan seseorang dari kalian"
Maksud dari kalimat ini adalah kesempurnaan iman. Artinya, apa yang disebutkan setelah kalimat ini merupakan syarat kesempurnaan iman seseorang. Jika sifat itu tidak ada pada diri seseorang, maka imannya tidak sempurna. Bukan berarti ia tidak beriman alias kafir. Kita perlu berhati-hati dengan hal-hal seperti ini karena kesalahan dalam memahami hakikat kesempurnaan iman bisa mengakibatkan seseorang terperosok dalam pemikiran takfir (mengkafirkan orang lain).
Dalam hadits riwayat Ibnu Hibban dijelaskan ﻻ ﻳﺒﻠﻎ ﻋﺒﺪ ﺣﻘﻴﻘﺔ ﺍﻻﻳﻤﺎﻥ (seseorang tidak akan mencapai hakikat derajat keimanan). Ibnu Hajar Al Asqalani juga menjelaskan:"maksudnya adalah kesempurnaan iman".
ﺣَﺘَّﻰ ﻳُﺤِﺐَّ ﻷَﺧِﻴﻪِ ﻣَﺎ ﻳُﺤِﺐُّ ﻟِﻨَﻔْﺴِﻪِ
sebelum ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri
Subhaanallah… betapa indahnya iman yang sempurna. Dan betapa beratnya ia bagi kebanyakan manusia. Salah satu tanda kesempurnaan itu adalah mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri. Saudara ( ﺃﺧﻴﻪ ) di sini bukanlah saudara kandung, sedarah, atau senasab, melainkan saudara seaqidah.
Maka siapapun dia, dari suku dan bangsa manapun, warna kulit apapun, dengan status keduniaan yang betapapun, selama ia memiliki aqidah yang sama maka ia adalah saudara. Dan mencintainya seperti mencintai diri sendiri adalah tanda sekaligus syarat kesempurnaan iman!
"Cinta adalah kecenderungan terhadap sesuatu yang diingini", kata Imam Nawawi, "Sesuatu yang dicintai tersebut dapat berupa sesuatu yang diindera, seperti bentuk atau dapat juga berupa perbuatan seperti kesempurnaan, keutamaan, mengambil manfaat atau menolak bahaya."
Maka mencintai dalam kesempurnaan iman berarti mencintai apa yang terjadi pada dirinya, terjadi pula pada saudaranya. Mencintai jika saudaranya mendapatkan kebahagiaan sebagaimana ia mencintai kebahagiaan itu. Sekali lagi ini berat.
Bahkan Umar bin Khatab pernah menyatakan bahwa ia mencintai Rasulullah melebihi siapapun selain dirinya. Setelah dikoreksi Rasulullah, barulah ia mencintai Rasulullah di atas mencintai dirinya.
Itu antara Umar dan Rasulullah. Lalu bagaimana kita mencintai saudara kita sesama muslim seperti mencintai diri kita sendiri? Bukankah ini pekerjaan yang berat.
Namun, seperti kata Imam Nawawi:
ia adalah pilihan ( ikhtiyari). Bukan berarti Umar belum sampai pada kesempurnaan iman di saat itu, sebab yang dituntut Rasulullah adalah kecintaan yang lebih tinggi, bukan cinta yang sama kadarnya.
Maka sejarah umat ini juga memberi teladan terbaik bagi kita. Lihatlah peristiwa hijrah. Sesampainya di Madinah, para sahabat muhajirin dipersaudarakan dengan anshar. Diantara mereka tidak saling mengenal sebelumnya. Namun dalam kesempurnaan iman, cinta antara mereka tumbuh dengan cepat, kokoh batangnya, lebat daunnya, dan ranumlah buahnya.
Diantara buah yang manisnya dicatat umat hingga kini adalah cinta antara Abdurrahman bin Auf dan saudaranya, Sa'ad bin Rabi. Cinta dalam kesempurnaan iman membawa Sa'ad bin Rabi membagi dua segala miliknya. Namun cinta dalam kesempurnaan iman juga yang membuat Abdurrahman bin Auf menolaknya.
”Cinta” dalam Al Qur’an sebagaimana disebutkan di beberapa ayat/surat:
ﻭَﺟَﻌَﻞَ ﺑَﻴْﻨَﻜُﻢْ ﻣَﻮَﺩَّﺓً ﻭَﺭَﺣْﻤَﺔً
.. dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.”  Surat Ar-Rum (30) :21
Mawaddah (ﻣﻮﺩّﺓ) =  yang berarti cinta atau keintiman ;
Rahmah (ﺭَﺣْﻤَﺔ) =  yang berarti kasih sayang
ﻓَﻠَﺎ ﺗَﻤِﻴﻠُﻮﺍ ﻛُﻞَّ ﺍﻟْﻤَﻴْﻞِ
karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai) …(QS. An-Nisa’ (4):129)
( ﻣَﻴْﻞَ ) = yang berarti condong, miring, cenderung.
Lengkapnya Ayat tersebut:
ﻭَﻟَﻦْ ﺗَﺴْﺘَﻄِﻴﻌُﻮﺍ ﺃَﻥْ ﺗَﻌْﺪِﻟُﻮﺍ ﺑَﻴْﻦَ ﺍﻟﻨِّﺴَﺎﺀِ ﻭَﻟَﻮْ ﺣَﺮَﺻْﺘُﻢْ ﻓَﻠَﺎ ﺗَﻤِﻴﻠُﻮﺍ ﻛُﻞَّ ﺍﻟْﻤَﻴْﻞِ ﻓَﺘَﺬَﺭُﻭﻫَﺎ ﻛَﺎﻟْﻤُﻌَﻠَّﻘَﺔِ ﻭَﺇِﻥْ ﺗُﺼْﻠِﺤُﻮﺍ ﻭَﺗَﺘَّﻘُﻮﺍ ﻓَﺈِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻛَﺎﻥَ ﻏَﻔُﻮﺭًﺍ ﺭَﺣِﻴﻤًﺎ
"Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat Berlaku adil di antara isteri-isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. dan jika kamu Mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), Maka Sesungguhnya Allâh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Jadi haruslah kita menanggapi cinta itu dengan hati yang lapang dan fikiran yang luas, memang terkadang cinta itu bikin kita neyeseeg tapi kita ambil sebagai pengajaran dan pelajaran untuk hari yang lebih baik kedepanya. Ngomong-ngomong soal nyeseeg memang identik dan seperti hal yang pasti dan mesti ada kalo membahas masalah cinta dan hati. Tapi kawan-kawan itulah yang membuat kita tahu dan memahami apa itu cinta. Saya sering denger dari update-update di social media gini bunyinya "belum cinta kalo blum pernah ngerasa sakit, nyeseeg, ditikung, bertepuk sebelah"
Mungkin juga itu bumbunya cinta. Tapi tidak mungkin seseorang berani bermain cinta kalo hasilnya bgitu saja, ada yang bilang cinta itu bahagia serasa dunia milik berdua, mungkin terlihat ngegombal tapi setiap orang mempunyai sudut apresiasi dan pandangan yang berbeda-beda.
Bukankah cinta itu bahagia...? Mengapa disebalik ketulusan terdapat kemunafikan.
Ada dari kita yang merasakan munafiknya cinta, dan cenderung memikirkan diri sendiri (Egois). Bahkan tidak mempedulikan hati dan perasaan seseorang. Dan ada sebagian dari kita yang tidak menyadari dari kedustaan diri sendiri, ada mungkin kita pernah mengucapkan kata yang membuat seseorang berharap. Namun sifat manusia itu pelupa dan ceroboh bahkan terhadap hati dan diri sendiri. Tanpa kita menyadari mungkin kita pernah terucap berpatah-patah kata saat" tumbuhnya rasa dua hati "ada yang merasa nyaman, tulus dengan hubungan.., akan menjaga hubungan.., terima kekurangan dan.. dll" sudah lumrah dan biasa, tapi ketika situasi memburuk dan diambang kemiringan semua berubah 80°-100°.
Sebenarnya itu realita masa remaja dan belum memiliki komitmen dalam dirinya. Dan sebenar-benar hamba yang akan menyempurnakan keimanan untuk mendapat ridho dan surga dari-NYA. Komitmen terbangun diantara ijab dan khobul. Itulah saat komitmen dimulakan dengan tanggung jawab di kedua pundak lelaki. Jadi kalo belum ada ijab dan khobul yang nyeseg, yang patah hati itu biarkan berlalu. Bukan hak kita, dan tidak harus larut dalam kenangan, ingat cinta itu tiada yang terpaksa.
"Kan ada juga yang dulunya bilang udah gak sayang, eeh setelah udah nikah sama orang bisa juga ngomong masih sayang dan menyesal. Bukankah itu munafik namanya..?" Apa ada yang begitu..? ADA "ko tega-teganya kayak gitu, siapa..?" Hamba ALLAH pastinya "hayoo jangan-jangan admin yang nulis artikel nih korbanya..?" Bukan saya tapi ada pokoknya. Haha
Kalo udah begini, mungkin kita akan bingung tapi tiada hak bagi kita untuk memutuskan sesuatu, mungkin kita lebih baik menjauhkan diri, sebab akan banyak fitnah yang terjadi pada kita. Dan kita yakini itu bukan hak kita. "Kalo masih sayang juga gmana donk..?" Cinta memang tiada paksaan namun allah maha tahu apa yang terbaik untuk umatnya kita hanya mampu memohon dan berusaha. Bersihkan hati, kuatkan iman, dekatkan diri kepadan-NYA. "Hamba yang baik untuk hamba yang baik dan sebaliknya"
Wa'allahua'lam. Terimakasih semoga bermanfaat bagi kita semua. Shere and comments.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar